Langsung ke konten utama

Menanamkan 9 Pilar Karakter dalam Lingkungan Keluarga

Anak adalah amanah yang Allah swt. berikan kepada orangtua, dan orangtua harus mendidik anak dengan baik agar memiliki karakter yang baik. Peran orangtua sangat penting dalam pendidikan karakter. Orangtua adalah pendidik pertama dan utama. Karena dialah, anak akan tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensinya, dan potensi tersebut harus dimunculkan dan diasah oleh orangtua sehingga menjadi sifat dan perilaku. Jika dalam lingkungan keluarga tidak mendukung dalam mengembangkan potensi tersebut, maka akan berpengaruh pada perilaku dan kepribadian anak. Oleh karena itu, lingkungan keluarga harus menciptakan pengalaman anak usia dini baik terhadap kesehatan fisik, mental dan jiwanya sehingga terbawa sampai dewasa. Untuk menciptakan pengalaman anak usia dini, maka orangtua harus membesarkannya dengan penuh kasih sayang, menanamkan moral yang baik, memberikan stimulasi yang cukup, dan memberikan kesempatan untuk mengembangkan diri.

Dalam hal pengembangan diri anak, orangtua harus memiliki pola pengasuhan yang mendukung perkembangan fisik, otak dan karakter anak. Pola pengasuhan ini dapat dilakukan orangtua melalui penanaman kebiasaan yang baik di lingkungan keluarga seperti sikap sopan santun, memberikan contoh tauladan yang baik, bertanggungjawab, jujur dan sebagainya. Selain itu, orangtua juga harus memberikan dukungan positif dalam menanamkan 9 pilar karakter melalui kegiatan rutin. 9 pilar karakter itu adalah cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya (pilar 1), mandiri, disiplin, dan tanggung jawab (pilar 2); Jujur, amanah, dan berkat bijak (pilar 3); Hormat, santun, dan pendengar yang baik (pilar 4); Dermawan, suka menolong, dan kerjasama (pilar 5); Percaya diri, kreatif, dan pantang menyerah (pilar 6); Pemimpin yang baik dan adil (pilar 7); Baik dan rendah hati (pilar 8); dan toleran, cinta damai dan bersatu (pilar 9). Untuk lebih jelasnya tentang pembiasaan dan kegiatan rutin dalam menanamkan 9 pilar karakter sebagaimana disebutkan sebelumnya, maka ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh orangtua di rumah sebagai pendidik informal. Untuk mengetahui hal ini, penulis mengutip dalam bukunya Endang Kartikowati dan Zubaedi dengan judul “Pola Pembelajaran 9 Pilar Karakter Pada Anak Usia Dini dan Dimensi-Dimensinya”. Secara rinci, pembiasaan dan kegiatan tersebut adalah :

Pertama, mengajarkan cinta kepada Allah swt. Orangtua mengajarkan cinta kepada Allah swt., dengan cara membiasakan anak berdoa dan mensyukuri nikmat Allah swt. orangtua mengajak anak untuk bersyukur kepada Allah swt. terhadap apa yang dimiliki.

Kedua, membiasakan anak melakukan kemandirian. Orangtua memberikan semangat dan motivasi agar anak mau mandiri serta memberikan mereka pujian jika anak sudah melakukannya secara mandiri.

Ketiga, menjadikan anak mandiri saat di sekolah. Anak dibiasakan melakukan sendiri kegiatan-kegiatan untuk  sekolah dan orangtua dapat menjadi pendamping dan mengontrol kegiatan anak di sekolah. Orangtua juga harus memberikan kepercayaan kepada guru dan tidak menyerahkan sepenuhnya kepada guru dalam mendidik anak. Guru hanya sebagai pendidik kedua setelah orangtua.

Keempat, menjadikan anak bertanggung jawab. Orangtua memberikan motivasi dan teladan yang baik secara konsisten bila anak belum mau melakukan sesuatu hal yang diminta orangtua. Dengan dasar kasih sayang dan cinta yang diberikan orangtua kepada anak, maka anak akan cenderung lebih bertanggung jawab, suka membantu orang lain, lebih tegas dan mandiri.

Kelima, menjaga keberhasilan lingkungan. Orangtua harus membiasakan anak dalam menjaga kebersihan lingkungan. Jika orangtua menginginkan anak terbiasa melakukan hal ini, maka orangtua harus memberikan contoh yang baik secara konsisten melakukan hal ini dimanapun berada, sehingga anak juga dapat melakukan hal tersebut. Contohnya, membuang sampah pada tempatnya, memungut jika ada sampah di lingkungan sekitar, mengelap jika ada air yang tumpah, dan sebagainya.

Keenam, mengajarkan anak bertanggung jawab saat makan. Orangtua sebaiknya memberikan contoh untuk mengambil makanan secukupnya dan bertanggung jawab menghabiskan makanan yang sudah diambil. Anak dibiasakan mengambil secukupnya sehingga ia dapat menghabiskannya dan makan secara tertib dan rapi.

Ketujuh, menjadikan anak sopan dan santun. Orangtua membiasakan anak untuk bersikap sopan dan santun. Sopan dan santun sangat penting ditanamkan karena menjadi ciri orang yang beradab. Orangtua harus membiasakan anak dalam hal, seperti bersalaman dan mengucapkan salam, mengucapkan permisi pada saat melewati orang lain atau orangtua, mengucapkan kata tolong saat ingin diambilkan sesuatu, mengucapkan terima kasih saat orang lain telah membantu, menyapa orang lain dengan senyum, dan mendengarkan serta memperhatikan orang lain ketika kita diajak berbicara.

Kedelapan, mengajarkan anak menjadi dermawan. Perilaku dan kepercayaan anak berpengaruh ketika orangtua memberikan contoh yang baik kepada anaknya termasuk mengajarkan anak menjadi dermawan. Orangtua membiasakan anak untuk membantu orang yang membutuhkan. Ketika anak sudah melakukan hal ini, maka orangtua harus memberikan pujian kepada anaknya.

Kesembilan, membiasakan anak membantu orangtua di rumah. Orangtua membiasakan anaknya untuk membantu dalam berbagai aktivitas keseharian di rumah. Jika ini dibiasakan secara konsisten, maka aktivitas-aktivitas yang dilakukan di rumah akan selalu dibantu oleh anak. Orangtua membiasakan anak mengucapkan terima kasih kepada anak yang telah membantu kita menyelesaikan pekerjaan di rumah.

Kesepuluh, membiasakan anak menolong orang lain. Orangtua membiasakan anak untuk menolong orang lain dan menolong saudara. Anak dibiasakan untuk menolong teman yang membutuhkan dan menolong adik ketika mengalami kendala.

Kesebelas, membentuk anak percaya diri. Agar anak bisa sukses, maka orangtua harus menumbuhkan rasa kepercayaan diri sejak dini. Pemberian kasih sayang dan perhatian orangtua akan memberikan kontribusi agar kepercayaan diri anak tumbuh secara optimal.

Kedua belas, memanfaatkan alat dan bahan yang ada di rumah. Orangtua harus melatih kreativitas anak dengan memanfaatkan alat dan bahan yang tersedia di rumah. Alat dan bahan yang ada di rumah akan dapat menjadi sumber inspirasi bagi anak  dan orangtua. Dengan alat dan bahan tersebut, anak dilatih membuat prakarya dari bahan bekas seperti kardus, tempat air mineral, kertas bekas, dan sebagainya.

Ketiga belas, mendampingi anak untuk menggali ide kreatif. Orangtua harus selalu mendampingi anaknya untuk menggali ide kreativitasnya. Bukan hanya fokus pada aspek akademik saja, tetapi kreativitas dan keaktifan anak sangat penting dipantau. Ada banyak cara yang bisa dilakukan bagi orangtua dalam menggali ide kreativitas anak yaitu dengan membuat permainan sederhana, mengajak anak ke tempat- tempat bersejarah, berkunjung ke perpustakaan, membuat prakarya, melakukan aktivitas fisik dengan anak, menggambar bersama, dan berikan kebebasan kepada anak untuk melakukan sesuatu.

Keempat belas, membiarkan anak berkreasi sesuai imajinasinya. Anak diberi kesempatan untuk membuat sesuatu atau melakukan sesuatu. Orangtua tidak boleh terlalu mengatur anak dalam membuat sesuatu. Biarkan anak berkreasi sendiri sesuai imajinasinya.

Kelima belas, bermain sambil belajar. Bermain bagi anak sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Bermain dapat menumbuhkan kepekaan pancaindra, motivasi, kecerdasan, dan insting kejiwaan dan sosial anak. Dalam bermain, berkembanglah akal dan fisik anak. Anak mulai mampu menunaikan berbagai tugas sosial, emosional, dan rasional secara sempurna. Dalam bermain, anak bisa menyelesaikan berbagai permasalahan, belajar menghargai teman, belajar bekerjasama, dan menciptakan permainan yang membuat mereka senang.

Keenam belas, menjadikan anak mandiri. Orangtua mengajak anak berusaha secara mandiri melakukan sesuatu, baik pekerjaan dilakukan di rumah, sekolah dan lingkungan sekitar. Anak diminta untuk merapikan tempat tidurnya, memasang bajunya, memakai sepatunya, dan sebagainya. Ketika itu telah dilakukan oleh anak, maka orangtua harus memberikan reward untuk anaknya. Reward dapat berupa pujian dan hadiah.

Ketujuh belas, menjadikan anak pantang menyerah. Anak dididik untuk berusaha menyelesaikan pekerjaannya secara tuntas dan orangtua memberikan dukungan dan semangat kepada anak untuk menyelesaikan pekerjaannya.

Kedelapan belas, membiasakan anak untuk menyayangi adik dan kakak. Bermain bersama antara adik dan kakak akan menumbuhkan rasa kasih sayang. Orangtua harus membiasakan anak untuk saling menyayangi antar saudara. Orangtua harus menekankan kepada anak, bahwa kakak juga ikut memikul beban keluarga dan bertanggung jawab terhadap pengajaran dan pendidikan bagi adiknya.

Kesembilan belas, membiasakan anak untuk menyayangi ciptaan Allah swt. Orangtua harus membiasakan anak untuk selalu melakukan kebaikan, termasuk menyayangi hewan dan tumbuhan.

Kedua puluh, mengajak anak untuk berbuat kebaikan. Orangtua harus memberikan contoh yang konsisten dalam berbuat kebaikan. Perbuatan baik yang dilakukan oleh orangtua akan dipratekkan oleh anak, karena orangtua menjadi model bagi anaknya.

Kedua puluh satu, mengajarkan toleransi dan kedamaian. Orangtua harus mengajarkan anak untuk menghargai dan toleran terhadap orang lain termasuk yang berbeda agama.

Kedua puluh dua, mendidik dengan cinta. Mendidik dengan cinta dapat dilakukan dengan menciptakan hubungan yang hangat dan penuh kasih sayang. Ini dapat dilakukan dengan membiasakan memeluk, mencium anak dan meluangkan waktu bersama dengan anak untuk membangun kedekatan emosional. Orangtua harus menghindari hal-hal yang dapat membuat anak tidak sayang kepada orangtua. Salah satunya adalah menghidari melabel dan membandingkan anak yang satu dengan lainnya.

Demikian pembiasaan dan kegiatan rutin yang harus ditanamkan oleh orangtua sejak dini kepada anak. Orangtua harus bekerja ekstra dan berperan penting dalam aktivitas pengasuhan anak agar anak memiliki bekal untuk masa depannya. Menutup tulisan ini dengan mengemukakan bahwa rumah adalah madrasah pertama bagi anak. Oleh karena itu, buatlah rumah yang selalu mengajarkan kebaikan, cinta kasih dan mendidik anak dengan baik sehingga anak akan menjadi generasi penerus yang berkarakter.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menangkal Berita Hoaks Melalui Literasi Media

     Saat ini kita berada dalam dunia yang dipenuhi oleh media. Media telah banyak memberikan konsekuensi terhadap perilaku seseorang, identitas budaya, pendidikan di sekolah dan keluarga. Dengan konsekuensi tersebut, maka kita harus memiliki kemampuan dalam berliterasi media. Tulisan ini hadir karena terinspirasi dari buku yang ditulis oleh Dyna Herlina dengan judul “Literasi Media : Teori dan Fasilitasi”. Dalam buku tersebut mengemukakan bahwa media menjadi pisau bermata dua yang dapat memberi manfaat dan juga menyimpan ancaman yang dapat merugikan manusia. Oleh karena itu, manusia harus belajar memahami manfaat dan ancaman media sehingga memiliki strategi untuk menghadapinya. Dengan literasi media, maka menjadi strategi dalam menghadapi perkembangan media sehingga kita bijak dan cerdas berhadapan dengan media.      Commission of The European Communities dalam Herlina mengemukakan bahwa literasi media merupakan keterampilan, pengetahuan, da...

Perjuangan Hidup yang Tak Sia-Sia

     Tak ada manusia yang tak punya masalah. Semua telah merasakan masalah dalam hidup. Ada yang mampu menghadapinya dengan tenang dan sabar serta menyerahkan segalanya pada-Nya, dan ada juga yang sama sekali tidak tenang, putus asa dan menyerah dengan kehidupan ini tanpa bersandar pada-Nya. Oleh karena itu, hidup adalah pilihan. Memilih mana yang terbaik buat kita dan bermanfaat bagi kita. Hidup butuh perjuangan. Tiada pencapaian tanpa perjuangan. Semua hal yang dilakukan memerlukan perjuangan. Jika kita ingin menjadi pribadi yang unggul, maka kita harus berjuang untuk mencapainya. Berusaha keras dengan pertimbangan yang matang dan berdoa kepada-Nya agar semua yang telah dilakukan dapat dicapai, maka perjuangan itu akan berhasil. Bagaimana cara kita agar perjuangan dan kerja keras kita tidak sia-sia dan melelahkan? Mari kita simak beberapa trik khusus yang disarankan oleh Nurul Chomariah dalam bukunya “Aku Pantang Putus Asa, Karena di Balik Derita, Allah Meny...