Langsung ke konten utama

Tunjangan Hari Raya (THR) dan Silaturahmi Virtual di Masa Pandemi Covid-19

Bukan hanya orang dewasa yang bergembira menerima THR, akan tetapi anak-anak pun bergembira menerimanya. 
THR bagi mereka sangat dinanti-nantikan. THR yang dinantikan itu berasal dari kerabat atau keluarga dekat, seperti kakek atau nenek, om atau tante, dan saudara sepupu yang sudah bekerja. Sebelum atau setelah hari raya mereka mendapatkannya. Ada yang mendapatkan Rp.50.000,-, Rp. 100.000,-, bahkan sampai Rp. 150.000,-/anak. Pemberian ini tergantung dari status pendidikan atau jenjang pendidikannya, apakah dia mahasiswa, pelajar, atau belum sekolah. Jika dia mahasiswa, maka dia akan mendapatkan Rp.150.000,-, jika dia pelajar, maka akan mendapatkan Rp.100.000,- dan jika belum sekolah dia akan mendapatkan Rp.50.000,-. Selain itu juga, pemberian THR, disesuaikan dengan kemampuan kerabat atau keluarga yang memberikannya. 
Pada saat THR bertambah, mereka akan menghitungnya. Lagi dan lagi. Lembar demi lembar mereka kumpulkan mulai dari uang 2.000, 5.000, 10.000, 20.000, 50.000, sampai 100.000. Betapa bahagia mereka ketika setiap hari bertambah. Ada keinginan atau tujuan tertentu ketika sudah terkumpul dan melampaui jumlah yang fantastis. Keinginan itu luar biasa. Ada yang ingin membeli handphone, ingin mengganti handphone yang lama, ada yang ingin beli buku, beli baju sekolah, dan ada juga yang ingin menyimpannya di bank demi menambah tabungan pendidikannya. Salut buat anak-anak milenial sekarang.
Awalnya, ada ketakutan yang mendalam bagi setiap anak yang sudah menjadikan pemberian THR ini sebagai suatu tradisi tahunan dalam keluarga. Mereka mengatakan bahwa kami mungkin tidak mendapat THR tahun ini karena ada Pandemi Covid-19, kerabat juga tidak mudik sehingga tidak ada THR. Akan tetapi ada saja ide yang kemudian dia lontarkan, tidak mudik tapi THR kan bisa ditransfer, sehingga mereka menelpon setiap kerabat yang setiap tahun memberikan THR dan mengatakan THRnya ditransfer saja yah! Pemberian THR ini membuat hati senang dan gembira bagi mereka yang menerimanya.
Lebaran kali ini sangat berbeda pada tahun sebelumnya. Kondisi sekarang masih masa Pandemi Covid-19, maka silaturahmi antar keluarga pun terbatas. Keluarga yang tinggal di kota tidak sempat mudik dan tidak bisa bersilaturahmi sehingga mereka memberikan THRnya melalui transfer ke rekening anak atau ke rekening orangtuanya. Keluarga yang sempat berkunjung atau bersilaturahmi ke keluarga lainnya boleh saja terjadi, akan tetapi bersilaturahmi sesuai dengan protokoler kesehatan dengan menggunakan masker ketika berkunjung, jaga jarak, cuci tangan sebelum masuk rumah, atau keluarga membawa handsanitezer saat berkunjung, tanpa berjabat tangan, tapi hanya menggunakan simbol atau kode permintaan maaf atau langsung mengucapkan dengan kata minal aidzin wal faidzin, mohon maaf lahir dan batin.
Ucapan lebaran dan mendoakan kerabat atau keluarga adalah bentuk silaturahmi. Silaturahmi adalah kata baku dalam Bahasa Indonesia yang berarti persaudaraan. Istilah ini tidak populer di Arab, yang dikenal disana adalah istilah silaturahim artinya hubungan kasih sayang karena kekeluargaan. Istilah ini tidak usah dipertentangkan dan diperdebatkan, yang mana cocok, apakah silaturahmi atau silaturahim, yang jelas boleh kita gunakan sesuai perspektif kita masing-masing.
Silaturahmi adalah menyambung tali persaudaraan kepada siapa pun, apakah kerabat, teman sejawat, sahabat, tetangga dan seterusnya. Silaturahmi dapat dilakukan baik langsung atau tidak langsung, melalui telepon dengan menggunakan video call atau mengirim pesan ke massenger atau whatsapp dan facebook adalah cara yang dapat dilakukan pada masa sekarang ini. Ini adalah silaturahmi virtual yang dapat dilakukan pada masa Pandemi Covid-19. Kapanpun, dimanapun bisa dilakukan, jarak tidak menjadi halangan untuk bersilaturahmi.
Menutup tulisan ini dengan mengutip kata bijak tentang silaturahmi dalam Pinterest mengatakan bahwa jangan menghapus persaudaraan hanya karena sebuah kesalahan, namun hapuslah kesalahan demi lanjutnya persaudaraan.
Bone, 26 Mei 2020
Samsinar S.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menanamkan 9 Pilar Karakter dalam Lingkungan Keluarga

Anak adalah amanah yang Allah swt. berikan kepada orangtua, dan orangtua harus mendidik anak dengan baik agar memiliki karakter yang baik. Peran orangtua sangat penting dalam pendidikan karakter. Orangtua adalah pendidik pertama dan utama. Karena dialah, anak akan tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensinya, dan potensi tersebut harus dimunculkan dan diasah oleh orangtua sehingga menjadi sifat dan perilaku. Jika dalam lingkungan keluarga tidak mendukung dalam mengembangkan potensi tersebut, maka akan berpengaruh pada perilaku dan kepribadian anak. Oleh karena itu, lingkungan keluarga harus menciptakan pengalaman anak usia dini baik terhadap kesehatan fisik, mental dan jiwanya sehingga terbawa sampai dewasa. Untuk menciptakan pengalaman anak usia dini, maka orangtua harus membesarkannya dengan penuh kasih sayang, menanamkan moral yang baik, memberikan stimulasi yang cukup, dan memberikan kesempatan untuk mengembangkan diri. Dalam hal pengembangan diri anak, orangtua har...

Menangkal Berita Hoaks Melalui Literasi Media

     Saat ini kita berada dalam dunia yang dipenuhi oleh media. Media telah banyak memberikan konsekuensi terhadap perilaku seseorang, identitas budaya, pendidikan di sekolah dan keluarga. Dengan konsekuensi tersebut, maka kita harus memiliki kemampuan dalam berliterasi media. Tulisan ini hadir karena terinspirasi dari buku yang ditulis oleh Dyna Herlina dengan judul “Literasi Media : Teori dan Fasilitasi”. Dalam buku tersebut mengemukakan bahwa media menjadi pisau bermata dua yang dapat memberi manfaat dan juga menyimpan ancaman yang dapat merugikan manusia. Oleh karena itu, manusia harus belajar memahami manfaat dan ancaman media sehingga memiliki strategi untuk menghadapinya. Dengan literasi media, maka menjadi strategi dalam menghadapi perkembangan media sehingga kita bijak dan cerdas berhadapan dengan media.      Commission of The European Communities dalam Herlina mengemukakan bahwa literasi media merupakan keterampilan, pengetahuan, da...

Perjuangan Hidup yang Tak Sia-Sia

     Tak ada manusia yang tak punya masalah. Semua telah merasakan masalah dalam hidup. Ada yang mampu menghadapinya dengan tenang dan sabar serta menyerahkan segalanya pada-Nya, dan ada juga yang sama sekali tidak tenang, putus asa dan menyerah dengan kehidupan ini tanpa bersandar pada-Nya. Oleh karena itu, hidup adalah pilihan. Memilih mana yang terbaik buat kita dan bermanfaat bagi kita. Hidup butuh perjuangan. Tiada pencapaian tanpa perjuangan. Semua hal yang dilakukan memerlukan perjuangan. Jika kita ingin menjadi pribadi yang unggul, maka kita harus berjuang untuk mencapainya. Berusaha keras dengan pertimbangan yang matang dan berdoa kepada-Nya agar semua yang telah dilakukan dapat dicapai, maka perjuangan itu akan berhasil. Bagaimana cara kita agar perjuangan dan kerja keras kita tidak sia-sia dan melelahkan? Mari kita simak beberapa trik khusus yang disarankan oleh Nurul Chomariah dalam bukunya “Aku Pantang Putus Asa, Karena di Balik Derita, Allah Meny...