Setiap manusia baik
laki-laki dan perempuan mengharapkan surga-Nya dan berlindung dari
neraka-Nya. Surga adalah tempat yang
diimpikan oleh setiap orang, karena disanalah kebahagiaan yang abadi. Tidak ada
kesengsaraan, perdebatan, penipuan, kekejian, sifat sombong, iri dan dengki,
rasa takut, gelisah dan sedih di surga. Semua penghuninya akan merasakan
kebahagiaan dan keabadian yang tidak akan pernah punah dan binasa. Namun,
betapa sulit untuk sampai ke tempat itu dan meraih surga-Nya. Butuh perjuangan
yang panjang, kesabaran hati, ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, ketaatan
pada suami, mendidik anak-anaknya, melaksanakan kewajibannya, berbakti pada
kedua orangtuanya, selalu intropeksi diri, mudah memaafkan orang lain, menjadi
ahli ibadah, selalu bertaubat, dan bersyukur dengan nikmat yang diberikan Allah
kepadanya dan menghidupkan waktu malamnya ketika orang-orang terlelap dalam
tidurnya dan waktu siangnya ketika orang-orang sedang lalai. Semua ini dilakukan
agar bisa meraih surga-Nya. Mampukah kita melakukan hal ini? Semoga kita selalu
istiqamah dalam melakukannya. Aamiin.
Tulisan ini hadir untuk
memberikan motivasi dan menjadi teladan
bagi wanita yang menginginkan surga-Nya. Ada beberapa wanita yang dijanjikan
Allah swt. untuk menjadi penghuni surga sebagaimana dijelaskan oleh Mustafa
Murad dalam bukunya “Wanita Dirindu Surga” yaitu :
Pertama, Sarah,
istri Nabi Ibrahim
Sarah
adalah istri seorang Nabi dan Rasul yang termasuk ulul azmi, makhluk terbaik
kedua secara mutlak, ayah dari para Nabi, dan kekasih Allah. Dialah Ibrahim as.
Dalam sejarah hidupnya, kehidupannya disertai dengan 2 peristiwa. Peristiwa
pertama adalah ujian dan cobaan, dan peristiwa kedua adalah peristiwa
pendaulatannya sebagai wanita pilihan dan pengabulan doa. Adapun peristiwa
pertama terjadi ketika ia hijrah ke Mesir bersama Nabi Ibrahim. Raja Mesir pada
waktu itu adalah raja yang zalim, tidak mengenal belas kasih dan apabila
melihat wanita cantik, maka dia akan memilikinya. Dan jika wanita itu telah
bersuami, maka dia akan menceraikannya dari suaminya. Akan tetapi, jika dia
adalah saudara perempuan dari seseorang, maka dia akan membiarkannya.
Ketika
Sarah dan Nabi Ibrahim hijrah ke Mesir pada malam hari, beliau diketahui oleh
utusan raja tersebut, dan utusan raja itu menanyakan kepada Ibrahim tentang
siapa wanita yang bersamanya. Ibrahim menjawab, ia adalah saudara perempuanku.
Utusan raja kemudian berkata, kirimkan dia untuk raja. Ibrahim pun mengirimkan Sarah
kepada raja dan berkata kepadanya, jangan engkau menyalahi perkataanku,
sesungguhnya aku telah memberitahunya bahwa engkau adalah saudara perempuanku,
karena di negeri ini, tidak ada seorang mukmin pun kecuali aku dan engkau.
Ketika
Sarah sampai di istana, raja memintanya untuk tinggal bersamanya. Setelah
permintaan itu, Sarah bergegas untuk mengambil wudhu dan melaksanakan shalat
dan berdoa, “Ya Allah, jika Engkau tahu bahwa aku beriman kepada-Mu dan
Rasul-Mu, dan aku menjaga kehormatanku untuk suamiku, maka jangan Engkau
biarkan aku dikuasai oleh orang kafir ini.” Setelah Sarah berdoa, maka raja
merasa ditekan dan dicekik hingga terjatuh. Sang raja kemudian berkata kepada
Sarah, berdoalah kepada Allah supaya Dia melepaskanku dan aku tidak akan
mencelakaimu. Ini terjadi beberapa kali, hingga sang raja memanggil pengawalnya
untuk mengembalikan Sarah kepada Nabi Ibrahim dan memberikan Hajar untuk
dijadikan sebagai pelayan.
Peristiwa
kedua, terjadi setelah Hajar datang. Nabi Ibrahim menikahi Hajar karena
keinginannya untuk memiliki anak. Hingga Allah menganugerahkan Ismail
kepadanya. Pada saat yang bersamaan, Sarah pun mengharapkan seorang anak. Akan
tetapi, ia mengira bahwa hal itu mustahil karena ia telah lanjut usia dan
mandul, serta dan suaminya pun juga telah lanjut usia. Namun, tidak ada sesuatu
pun yang akan menghalangi jika Allah menghendaki. Datanglah anugerah dan
karunia yang diberikan Allah kepada Sarah dengan menghadirkan anak yang bernama
Ishak dan disusul Ya’qub.
Kisah di atas, mengajarkan
kita untuk selalu menjaga kehormatan dan selalu percaya akan rahmat dan
keberkahan yang diberikan Allah kepada hambanya. Semua akan mungkin terjadi,
jika Allah menghendaki. Percaya dan yakinlah akan ketetapan Allah. Tidak akan ada
yang menandingi kekuasaan-Nya.
Kedua, Asyiah binti
Muzahim, Istri Fir’aun
Asyiah
binti Muzahim adalah istri Fir’aun, seorang wanita yang paling utama di surga,
dia menjadi wanita teladan bagi wanita-wanita mukminah. Dia mengguncangkan
singgasana kekafiran, dan menghancurkan istana kemusyrikan dan penyembahan
berhala.
Pada
masa Firáun, semua anak laki-laki yang lahir dari kaum Musa dibunuh karena
khawatir akan menentang kekuasaannya, tahta, dirinya. Sampai-sampai juga ia
mengirim mata-mata dan menyebar para intelegen kerajaan.
Pada
masa itu, Nabi Musa lahir. Ibu kandungnya mendapat petunjuk dari Allah swt
untuk menyelamatkan bayi laki-lakinya dengan mengalirkan ke Sungai Niil dengan
menggunakan keranjang hingga terdampar di tempat Asyiah.
Asyiah
mengangkat sebagai anak karena dirinya belum memiliki keturunan. Namun,
sebelumnya ia meminta izin dan membujuk Firáun agar Nabi Musa dijadikan sebagai
anak. Akhirnya Firáun mengabulkannya.
Melalui
Nabi Musa, Asyiah mampu menentang kebegisan, kekasaran, ketamakan dari Firáun.
Ia adalah wanita shalehah yang selalu berbuat baik untuk agama Allah dan
mendedikasikan dirinya untuk dakwah Islam dengan berbagai cara. Dialah wanita
yang suci, taat, dan beriman kepada Allah swt.
Inilah potret kedua wanita teladan yang termasuk
wanita-wanita mukminah yang telah dijanjikan surga. Kisah para wanita lainnya,
akan dilanjutkan pada seri berikutnya.
Menutup tulisan ini dengan mengutip kata bijak dari Jalaluddin Rumi mengemukakan bahwa “Surga dibuat dari asap hati yang terbakar habis, dan orang yang diberkahi adalah orang yang hatinya terbakar habis.”
Masya Allah...
BalasHapus