Langsung ke konten utama

Bahagia Bersama-Mu (Seri 1)

Kemewahan dan kesuksesan duniawi selalu menjadi perbincangan sehari-hari bagi semua orang. Sejak pagi hingga malam hari hanya urusan itulah yang menyesaki pikiran banyak orang. Ada orang yang ingin kaya, ingin karirnya sukses, ingin keluarganya bahagia, dan berlomba-lomba dalam urusan duniawi lainnya. Semua hanya mengarah dan berfokus pada kehidupan dunia yang menyilaukan mata dan melupakan kehidupan ukhrawi. Tulisan ini hadir agar kita tidak melupakan kehidupan akhirat dengan mengikhlaskan diri mencintai Allah. Ada beberapa cara yang ditempuh agar kita selalu bersama Allah dan bahagia bersama-Nya, sebagaimana dijelaskan dalam buku “Allah Bersama-Mu Aku Bahagia” oleh Dwi Suwiknyo. Adapun cara tersebut adalah :

Pertama, Hilangkan Iri Hati terhadap orang lain. Banyak orang yang selalu iri dengan kehidupan dunia orang lain, menginginkan kemapanan hidup orang lain tanpa mensyukuri sesuatu yang telah Allah curahkan terhadap mereka. Iri melihat rumah orang lain bagus, mobil dan kendaraan orang lain keren, mendapatkan posisi kerja dan jabatan dengan gaji yang tinggi, bisnis orang lain bisa berkembang begitu pesat, dan segala hal yang dimiliki oleh orang lain dan tidak dimilikinya. Iri dengan kehidupan orang lain tidak ada habisnya, seperti pusaran angin kencang yang menghabiskan energi dan waktu. Berlomba dalam urusan dunia akan merasa kelelahan, karena manusia tidak akan pernah terpuaskan dengan kenikmatan dunia. Oleh karena itu, lebih baik kita berlomba dalam urusan akhirat dan iri dengan apa yang diperbolehkan oleh Rasulullah saw. yaitu iri kepada seseorang yang Allah swt. ajarkan Al-QurĂ¡n kepadanya, dan ia membacanya siang juga malam sehingga tetangganya mendengar lantunan ayat-ayat suci itu darinya, dan iri terhadap seseorang yang Allah swt. karuniai harta dan dengan harta tersebut ia bersedekah dan menafkahkannya di jalan Allah swt ridhai. Selain itu, kita juga boleh iri kepada mereka yang kaya dan dermawan, mereka yang berilmu dan mengajar, mereka yang beribadah dan istiqamah, mereka yang menghabiskan usianya dengan memberikan kontribusi dan menyebarkan manfaat untuk banyak orang, dan mereka yang telah lama tiada, namun karyanya masih menginspirasi banyak orang dan pahalanya selalu mengalir.

Kedua, Hilangkan Kesombongan dalam Diri. Gejolak kesombongan diri selalu saja muncul begitu saja dan sangat susah untuk dikendalikan. Rasa percaya diri juga selalu muncul dan melampaui batas, seolah semua tugas dan pekerjaan yang telah dikerjakan, impian yang telah diraih itu adalah tanpa bantuan dari-Nya. Jangankan memohon bantuan dari-Nya, mengucapkan basmalah saja sering kita melupakannya dan mendapatkan sesuatu yang kita mau, juga kita lupa mengucapkan hamdalah. Oleh karena itu, kita selalu menganggap diri hebat, melupakan siapa dibalik kesuksesan kita, kerja keras telah menutup mata hati kita, dan menganggap bahwa semua berkat usaha dan kerja keras kita tanpa ada campur tangan dari-Nya. Semua ini harus dihilangkan dan jangan ditanamsuburkan serta dilestarikan. Kita harus tetap rendah hati, sebagaimana dalam QS. Al-Furqan (25): 63 : “Dan hamba-hamba Allah yang Maha Penyayang ialah orang-orang yang berjalan di atas muka bumi dengan rendah hati, dan apabila orang-orang yang jahil mengajak bertengkar dengan mereka, mereka balas dengan ucapan-ucapan bijaksana.”

Ketiga, Hilangkan Keserakahan dalam Diri. Sifat serakah adalah sifat yang tidak pernah merasa cukup dan puas terhadap apa yang diperoleh dan melakukan hal-hal yang tidak baik untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Sifat ini harus dikendalikan dan melatih diri untuk mengurangi atau menghilangkannya melalui kontrol diri terhadap makanan, mensyukuri hal-hal yang dianggap kecil, peka terhadap lingkungan sekitar, berusaha semaksimal mungkin sebelum mendapatkan sesuatu dan menggantungkan kebahagiaan sendiri terhadap hal-hal dalam kendali kita yang berpotensi menimbulkan kesuksesan dan keberhasilan. Ada hadis dan nasehat tentang kemurahan hati. Rasulullah saw. bersabda “Orang yang murah hati itu dekat dengan Allah, dekat dengan manusia, dekat dengan surga, dan jauh dari neraka. Orang yang bakhil itu jauh dari Allah, jauh dari manusia, jauh dari surga, dan dekat dengan neraka. Orang bodoh dan murah hati lebih dicintai Allah daripada sesorang yang ahli ibadah yang bakhil.” Selanjutnya, nasehat dari Abdul Qasim Abdul Karim Hawazin, “orang yang memberikan sesuatu kepada orang lain dan menyisakan sebagian, ia adalah orang yang murah hati. Orang yang memberikan sesuatu kepada orang lain dan menyisakan sedikit untuk dirinya, ia adalah orang dermawan. Orang yang siap menahan rasa lapar dan kemiskinan demi menyelamatkan kehidupan orang lain, maka ia adalah orang yang memiliki keutamaan.”

Keempat, Jangan suka terburu-buru. Banyak orang yang ingin cepat sukses dan memiliki segala sesuatu yang diinginkan. Gaji yang besar, penghasilan yang banyak, pakaian yang bermerek, motor yang bagus, mobil yang keren, rumah mewah, dan semua yang diinginkan harus digapai dengan cepat dan harus dimiliki saat itu juga. Ada banyak orang yang memaksakan diri untuk meraih keinginannya dan meninggalkan keluarga, tidak peduli dengan kesehatan dan bahkan tidak peduli dengan ibadahnya. Oleh karena itu, jangan selalu terburu-buru, tetap sabar dalam segala hal, dekat dengan-Nya dan selalu berikhtiar, serta melibatkan Allah dalam segala hal. Sebagaimana QS. Al-Baqarah (2): 177, “Dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan, mereka itulah orang-orang yang benar (imannya) dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” Selain itu, ada nasehat dari Ibnu Taimiyah tentang kesabaran. Beliau mengemukakan bahwa kesabaran itu melalui tiga tahapan yaitu sabar demi pertolongan Allah swt yakni dengan tetap bertahan semampunya, berikhtiar sebisanya, dan tidak berhenti berdoa untuk mendapatkan pertolongan-Nya; sabar bersama Allah swt. adalah sabar menjalani semua aturan yang telah digariskan oleh Allah swt., meskipun terasa berat dan tidak nyaman, kita senantiasa mematuhi syariat Allah swt. dan tetap istiqamah di jalan-Nya; sabar karena cinta kepada Allah swt., yaitu menerima segala kehendak Allah swt. sebagai bagian dari pembuktian cinta kepada-Nya.

Tulisan ini akan saya lanjutkan untuk seri ke-2. Mengutip kata bijak dari Dwi Suwiknyo “Allah, tidak ada yang bisa membahagiakan diriku kecuali Engkau. Di saat aku sedih dan terpuruk, di saat aku lelah dan menderita, sungguh hanya kasih saying-Mu yang mampu mengobatiku, maka tak ada lagi yang kuinginkan selain selalu bersama-Mu dalam sukaku, lebih-lebih dukaku . Allah, bersama-Mu aku bahagia.”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menanamkan 9 Pilar Karakter dalam Lingkungan Keluarga

Anak adalah amanah yang Allah swt. berikan kepada orangtua, dan orangtua harus mendidik anak dengan baik agar memiliki karakter yang baik. Peran orangtua sangat penting dalam pendidikan karakter. Orangtua adalah pendidik pertama dan utama. Karena dialah, anak akan tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensinya, dan potensi tersebut harus dimunculkan dan diasah oleh orangtua sehingga menjadi sifat dan perilaku. Jika dalam lingkungan keluarga tidak mendukung dalam mengembangkan potensi tersebut, maka akan berpengaruh pada perilaku dan kepribadian anak. Oleh karena itu, lingkungan keluarga harus menciptakan pengalaman anak usia dini baik terhadap kesehatan fisik, mental dan jiwanya sehingga terbawa sampai dewasa. Untuk menciptakan pengalaman anak usia dini, maka orangtua harus membesarkannya dengan penuh kasih sayang, menanamkan moral yang baik, memberikan stimulasi yang cukup, dan memberikan kesempatan untuk mengembangkan diri. Dalam hal pengembangan diri anak, orangtua har...

Menangkal Berita Hoaks Melalui Literasi Media

     Saat ini kita berada dalam dunia yang dipenuhi oleh media. Media telah banyak memberikan konsekuensi terhadap perilaku seseorang, identitas budaya, pendidikan di sekolah dan keluarga. Dengan konsekuensi tersebut, maka kita harus memiliki kemampuan dalam berliterasi media. Tulisan ini hadir karena terinspirasi dari buku yang ditulis oleh Dyna Herlina dengan judul “Literasi Media : Teori dan Fasilitasi”. Dalam buku tersebut mengemukakan bahwa media menjadi pisau bermata dua yang dapat memberi manfaat dan juga menyimpan ancaman yang dapat merugikan manusia. Oleh karena itu, manusia harus belajar memahami manfaat dan ancaman media sehingga memiliki strategi untuk menghadapinya. Dengan literasi media, maka menjadi strategi dalam menghadapi perkembangan media sehingga kita bijak dan cerdas berhadapan dengan media.      Commission of The European Communities dalam Herlina mengemukakan bahwa literasi media merupakan keterampilan, pengetahuan, da...

Perjuangan Hidup yang Tak Sia-Sia

     Tak ada manusia yang tak punya masalah. Semua telah merasakan masalah dalam hidup. Ada yang mampu menghadapinya dengan tenang dan sabar serta menyerahkan segalanya pada-Nya, dan ada juga yang sama sekali tidak tenang, putus asa dan menyerah dengan kehidupan ini tanpa bersandar pada-Nya. Oleh karena itu, hidup adalah pilihan. Memilih mana yang terbaik buat kita dan bermanfaat bagi kita. Hidup butuh perjuangan. Tiada pencapaian tanpa perjuangan. Semua hal yang dilakukan memerlukan perjuangan. Jika kita ingin menjadi pribadi yang unggul, maka kita harus berjuang untuk mencapainya. Berusaha keras dengan pertimbangan yang matang dan berdoa kepada-Nya agar semua yang telah dilakukan dapat dicapai, maka perjuangan itu akan berhasil. Bagaimana cara kita agar perjuangan dan kerja keras kita tidak sia-sia dan melelahkan? Mari kita simak beberapa trik khusus yang disarankan oleh Nurul Chomariah dalam bukunya “Aku Pantang Putus Asa, Karena di Balik Derita, Allah Meny...