Kemewahan dan kesuksesan duniawi selalu menjadi perbincangan sehari-hari bagi semua orang. Sejak pagi hingga malam hari hanya urusan itulah yang menyesaki pikiran banyak orang. Ada orang yang ingin kaya, ingin karirnya sukses, ingin keluarganya bahagia, dan berlomba-lomba dalam urusan duniawi lainnya. Semua hanya mengarah dan berfokus pada kehidupan dunia yang menyilaukan mata dan melupakan kehidupan ukhrawi. Tulisan ini hadir agar kita tidak melupakan kehidupan akhirat dengan mengikhlaskan diri mencintai Allah. Ada beberapa cara yang ditempuh agar kita selalu bersama Allah dan bahagia bersama-Nya, sebagaimana dijelaskan dalam buku “Allah Bersama-Mu Aku Bahagia” oleh Dwi Suwiknyo. Adapun cara tersebut adalah :
Pertama, Hilangkan Iri Hati terhadap orang lain. Banyak orang yang selalu iri dengan kehidupan dunia
orang lain, menginginkan kemapanan hidup orang lain tanpa mensyukuri sesuatu
yang telah Allah curahkan terhadap mereka. Iri melihat rumah orang lain bagus,
mobil dan kendaraan orang lain keren, mendapatkan posisi kerja dan jabatan
dengan gaji yang tinggi, bisnis orang lain bisa berkembang begitu pesat, dan
segala hal yang dimiliki oleh orang lain dan tidak dimilikinya. Iri dengan
kehidupan orang lain tidak ada habisnya, seperti pusaran angin kencang yang
menghabiskan energi dan waktu. Berlomba dalam urusan dunia akan merasa
kelelahan, karena manusia tidak akan pernah terpuaskan dengan kenikmatan dunia.
Oleh karena itu, lebih baik kita berlomba dalam urusan akhirat dan iri dengan
apa yang diperbolehkan oleh Rasulullah saw. yaitu iri kepada seseorang yang
Allah swt. ajarkan Al-QurĂ¡n kepadanya, dan ia membacanya siang juga malam
sehingga tetangganya mendengar lantunan ayat-ayat suci itu darinya, dan iri
terhadap seseorang yang Allah swt. karuniai harta dan dengan harta tersebut ia
bersedekah dan menafkahkannya di jalan Allah swt ridhai. Selain itu, kita juga
boleh iri kepada mereka yang kaya dan dermawan, mereka yang berilmu dan
mengajar, mereka yang beribadah dan istiqamah, mereka yang menghabiskan usianya
dengan memberikan kontribusi dan menyebarkan manfaat untuk banyak orang, dan
mereka yang telah lama tiada, namun karyanya masih menginspirasi banyak orang
dan pahalanya selalu mengalir.
Kedua, Hilangkan Kesombongan dalam Diri. Gejolak kesombongan diri selalu saja muncul begitu
saja dan sangat susah untuk dikendalikan. Rasa percaya diri juga selalu muncul
dan melampaui batas, seolah semua tugas dan pekerjaan yang telah dikerjakan,
impian yang telah diraih itu adalah tanpa bantuan dari-Nya. Jangankan memohon
bantuan dari-Nya, mengucapkan basmalah saja sering kita melupakannya dan
mendapatkan sesuatu yang kita mau, juga kita lupa mengucapkan hamdalah. Oleh
karena itu, kita selalu menganggap diri hebat, melupakan siapa dibalik
kesuksesan kita, kerja keras telah menutup mata hati kita, dan menganggap bahwa
semua berkat usaha dan kerja keras kita tanpa ada campur tangan dari-Nya. Semua
ini harus dihilangkan dan jangan ditanamsuburkan serta dilestarikan. Kita harus
tetap rendah hati, sebagaimana dalam QS. Al-Furqan (25): 63 : “Dan hamba-hamba
Allah yang Maha Penyayang ialah orang-orang yang berjalan di atas muka bumi
dengan rendah hati, dan apabila orang-orang yang jahil mengajak bertengkar
dengan mereka, mereka balas dengan ucapan-ucapan bijaksana.”
Ketiga, Hilangkan Keserakahan dalam Diri. Sifat serakah adalah sifat yang tidak pernah merasa
cukup dan puas terhadap apa yang diperoleh dan melakukan hal-hal yang tidak
baik untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Sifat ini harus dikendalikan dan
melatih diri untuk mengurangi atau menghilangkannya melalui kontrol diri
terhadap makanan, mensyukuri hal-hal yang dianggap kecil, peka terhadap
lingkungan sekitar, berusaha semaksimal mungkin sebelum mendapatkan sesuatu dan
menggantungkan kebahagiaan sendiri terhadap hal-hal dalam kendali kita yang
berpotensi menimbulkan kesuksesan dan keberhasilan. Ada hadis dan nasehat
tentang kemurahan hati. Rasulullah saw. bersabda “Orang yang murah hati itu
dekat dengan Allah, dekat dengan manusia, dekat dengan surga, dan jauh dari
neraka. Orang yang bakhil itu jauh dari Allah, jauh dari manusia, jauh dari surga,
dan dekat dengan neraka. Orang bodoh dan murah hati lebih dicintai Allah daripada
sesorang yang ahli ibadah yang bakhil.” Selanjutnya, nasehat dari Abdul Qasim
Abdul Karim Hawazin, “orang yang memberikan sesuatu kepada orang lain dan
menyisakan sebagian, ia adalah orang yang murah hati. Orang yang memberikan
sesuatu kepada orang lain dan menyisakan sedikit untuk dirinya, ia adalah orang
dermawan. Orang yang siap menahan rasa lapar dan kemiskinan demi menyelamatkan
kehidupan orang lain, maka ia adalah orang yang memiliki keutamaan.”
Keempat, Jangan suka terburu-buru. Banyak orang yang ingin cepat sukses dan memiliki
segala sesuatu yang diinginkan. Gaji yang besar, penghasilan yang banyak,
pakaian yang bermerek, motor yang bagus, mobil yang keren, rumah mewah, dan
semua yang diinginkan harus digapai dengan cepat dan harus dimiliki saat itu
juga. Ada banyak orang yang memaksakan diri untuk meraih keinginannya dan
meninggalkan keluarga, tidak peduli dengan kesehatan dan bahkan tidak peduli
dengan ibadahnya. Oleh karena itu, jangan selalu terburu-buru, tetap sabar dalam
segala hal, dekat dengan-Nya dan selalu berikhtiar, serta melibatkan Allah
dalam segala hal. Sebagaimana QS. Al-Baqarah (2): 177, “Dan orang-orang yang
sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan, mereka itulah
orang-orang yang benar (imannya) dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” Selain
itu, ada nasehat dari Ibnu Taimiyah tentang kesabaran. Beliau mengemukakan
bahwa kesabaran itu melalui tiga tahapan yaitu sabar demi pertolongan Allah swt
yakni dengan tetap bertahan semampunya, berikhtiar sebisanya, dan tidak
berhenti berdoa untuk mendapatkan pertolongan-Nya; sabar bersama Allah swt.
adalah sabar menjalani semua aturan yang telah digariskan oleh Allah swt.,
meskipun terasa berat dan tidak nyaman, kita senantiasa mematuhi syariat Allah
swt. dan tetap istiqamah di jalan-Nya; sabar karena cinta kepada Allah swt.,
yaitu menerima segala kehendak Allah swt. sebagai bagian dari pembuktian cinta
kepada-Nya.
Tulisan ini akan saya
lanjutkan untuk seri ke-2. Mengutip kata bijak dari Dwi Suwiknyo “Allah, tidak
ada yang bisa membahagiakan diriku kecuali Engkau. Di saat aku sedih dan
terpuruk, di saat aku lelah dan menderita, sungguh hanya kasih saying-Mu yang
mampu mengobatiku, maka tak ada lagi yang kuinginkan selain selalu bersama-Mu
dalam sukaku, lebih-lebih dukaku . Allah, bersama-Mu aku bahagia.”
Komentar
Posting Komentar