Langsung ke konten utama

Menangkal Berita Hoaks Melalui Literasi Media

    Saat ini kita berada dalam dunia yang dipenuhi oleh media. Media telah banyak memberikan konsekuensi terhadap perilaku seseorang, identitas budaya, pendidikan di sekolah dan keluarga. Dengan konsekuensi tersebut, maka kita harus memiliki kemampuan dalam berliterasi media. Tulisan ini hadir karena terinspirasi dari buku yang ditulis oleh Dyna Herlina dengan judul “Literasi Media : Teori dan Fasilitasi”. Dalam buku tersebut mengemukakan bahwa media menjadi pisau bermata dua yang dapat memberi manfaat dan juga menyimpan ancaman yang dapat merugikan manusia. Oleh karena itu, manusia harus belajar memahami manfaat dan ancaman media sehingga memiliki strategi untuk menghadapinya. Dengan literasi media, maka menjadi strategi dalam menghadapi perkembangan media sehingga kita bijak dan cerdas berhadapan dengan media.

    Commission of The European Communities dalam Herlina mengemukakan bahwa literasi media merupakan keterampilan, pengetahuan, dan pemahaman konsumen untuk menggunakan media secara efektif dan aman. Seseorang yang terliterate akan mampu memilih informasi, memahami tujuan konten dan jasa, kemudian mendapatkan keuntungan yang ditawarkan oleh teknologi komunikasi baru. Dengan kemampuan dan skill ini, maka mereka mampu melindungi diri dan keluarganya dari materi yang berbahaya dan menyakitkan. Dengan demikian, literasi media akan melindungi diri dari dampak negatif media termasuk dapat menangkal berita hoaks yang ada di media.

    Keterampilan literasi media merupakan sesuatu yang beragam, baik dari sudut pandang, selera dan nilai. Oleh karena itu, sulit menentukan apakah seseorang telah melek media atau belum, karena literasi media merupakan keterampilan bersifat kontinum. Sifat kontinum ini diartikan bahwa setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda, ada orang yang memiliki kemampuan yang tinggi, menengah dan bahkan kemampuan yang rendah tentang media. Jika sekarang ini, kita memiliki kontinum yang tinggi, maka tidak mustahil beberapa tahun berikutnya kemampuannya akan menurun karena tidak mengikuti perkembangan media teknologi. Teknologi, konten, dan teknik media berkembang terus menerus, karena itu kontinum literasi juga harus mengalami perkembangan. Oleh karena itu, kita harus terampil dalam mengikuti perkembangan media teknologi dan memiliki keterampilan dalam berliterasi media.

    Potter dalam Herlina mengemukakan bahwa ada 4 hal utama yang dibahas dalam literasi media yaitu media massa memiliki potensi efek negatif terhadap seseorang, tujuan literasi media adalah membantu orang untuk melindungi dirinya dari potensi efek negatif, literasi media perlu ditanamkan pada diri seseorang karena tidak dimiliki secara alamiah, dan literasi media bersifat multidimensional yaitu kognitif, afektif, perilaku pada diri seseorang serta berkaitan secara institusional dan budaya. Dengan demikian, secara tersirat bahwa literasi media merasumsi bahwa media memiliki sifat merusak dan kita harus mampu mengembangkan diri untuk menangkal dan menanggulanginya. Oleh karena itu, kita harus mencegah dan memproteksi diri terhadap hal-hal negatif yang mampu mempengaruhi diri. Dengan demikian, seseorang harus memiliki kemampuan literasi media, karena media akan mempengaruhi kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik seseorang. Kemampuan kognitif itu berkaitan dengan kemampuan dalam memahami, menganalisis dan mengkritisi konten media. Kemampuan afektif, berkaitan dengan kemampuan memahami konten emosional dan nilai moral yang ada dalam media dan layak untuk dinikmati serta diterima oleh seseorang. Sedangkan keterampilan psikomotorik  adalah keterampilan dalam memproduksi media dan konten media. Jika kemampuan ini dimiliki oleh seseorang, maka mereka akan menfilter semua konten media yang diakses sehingga situs-situs yang beritanya hoaks dapat diketahui. Dengan demikian, masyarakat harus melek media dan memiliki pendidikan yang baik tentang literasi media terutama berkaitan dengan konten media, agar mampu menangkal berita-berita palsu yang muncul di media. 

    Dalam sebuah media, setidaknya ada empat isu yang berkaitan dengan media. Keempat isu tersebut dikemukakan oleh Elizabeth dalam Herlina yaitu :

Pertama, Kesadaran memilih waktu dan konten media yang dikonsumsi. Masyarakat harus didorong untuk mengetahui berbagai macam media dan konten media. Terpaan beragam media sangat penting karena setiap media membawa pesan yang berbeda yang dapat menyentuh aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik bagi masyarakat. Pengetahuan mengenai variasi konten media dapat menghindarkan masyarakat dari konten yang tak berguna dan tidak dibutuhkan masyarakat, dan beralih dengan memanfaatkan konten penting.

Kedua, Keterampilan membaca atau menonton secara kritis, termasuk aktivitas memproduksi media. Masyarakat harus memiliki kesadaran kritis yang berhubungan dengan kemampuan memproduksi konten media alternatif. Setelah mampu menemukan bias konten media, maka masyarakat dapat memproduksi konten yang meluruskan bias tersebut. Dengan demikian, media dapat digunakan untuk mendidik masyarakat mengenai topik atau isu tertentu.

Ketiga, Analisis konteks politik, ekonomi, sosial, dan budaya dalam lingkungan media. Analisis lingkungan makro diharapkan dapat membekali masyarakat memahami konteks media dan distribusi media secara lebih menyeluruh. Masyarakat harus dilatih untuk dapat memahami logika pembentukan opini di media. Dengan cara ini, maka masyarakat dapat lebih bersikap hati-hati saat menyimpulkan konten media.

Keempat, Advokasi dan gerakan media serta perubahan sosial. Dengan pendidikan literasi media yang dimiliki oleh masyarakat, maka mereka akan berpartisipasi dan memberikan kontribusi kepada media. Dengan bekal literasi media yang mereka miliki, maka akan membentuk opini publik yang benar dan mampu mengatasi serta memberi solusi terhadap permasalahan kompleks yang dihadapi oleh masyarakat. 

    Dengan isu di atas, jika kita memiliki pendidikan literasi yang baik, maka media akan menjadi bagian dari kehidupan kita yang tidak perlu ditakuti dan dihindari, akan tetapi media akan melindungi diri, menyelami segala aspek media, dan menambah wawasan keilmuan sehingga dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan manusia. 

    Menutup tulisan dengan mengutip kata bijak dari Lentera Bijak, Jadikan media sebagai sarana untuk meraih keridhaan Allah swt., bukan untuk mendapat pujian dari manusia, ajang ujub, takabbur, maksiat dan lain sebagainya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menanamkan 9 Pilar Karakter dalam Lingkungan Keluarga

Anak adalah amanah yang Allah swt. berikan kepada orangtua, dan orangtua harus mendidik anak dengan baik agar memiliki karakter yang baik. Peran orangtua sangat penting dalam pendidikan karakter. Orangtua adalah pendidik pertama dan utama. Karena dialah, anak akan tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensinya, dan potensi tersebut harus dimunculkan dan diasah oleh orangtua sehingga menjadi sifat dan perilaku. Jika dalam lingkungan keluarga tidak mendukung dalam mengembangkan potensi tersebut, maka akan berpengaruh pada perilaku dan kepribadian anak. Oleh karena itu, lingkungan keluarga harus menciptakan pengalaman anak usia dini baik terhadap kesehatan fisik, mental dan jiwanya sehingga terbawa sampai dewasa. Untuk menciptakan pengalaman anak usia dini, maka orangtua harus membesarkannya dengan penuh kasih sayang, menanamkan moral yang baik, memberikan stimulasi yang cukup, dan memberikan kesempatan untuk mengembangkan diri. Dalam hal pengembangan diri anak, orangtua har...

Perjuangan Hidup yang Tak Sia-Sia

     Tak ada manusia yang tak punya masalah. Semua telah merasakan masalah dalam hidup. Ada yang mampu menghadapinya dengan tenang dan sabar serta menyerahkan segalanya pada-Nya, dan ada juga yang sama sekali tidak tenang, putus asa dan menyerah dengan kehidupan ini tanpa bersandar pada-Nya. Oleh karena itu, hidup adalah pilihan. Memilih mana yang terbaik buat kita dan bermanfaat bagi kita. Hidup butuh perjuangan. Tiada pencapaian tanpa perjuangan. Semua hal yang dilakukan memerlukan perjuangan. Jika kita ingin menjadi pribadi yang unggul, maka kita harus berjuang untuk mencapainya. Berusaha keras dengan pertimbangan yang matang dan berdoa kepada-Nya agar semua yang telah dilakukan dapat dicapai, maka perjuangan itu akan berhasil. Bagaimana cara kita agar perjuangan dan kerja keras kita tidak sia-sia dan melelahkan? Mari kita simak beberapa trik khusus yang disarankan oleh Nurul Chomariah dalam bukunya “Aku Pantang Putus Asa, Karena di Balik Derita, Allah Meny...