Langsung ke konten utama

Bahagia Bersama-Mu (Seri 3)

Tiada kebahagiaan dan keberuntungan di dunia ini, selain ketenteraman dan ketenangan hati yang selalu mengingat dan terpaut dengan Allah swt. dalam setiap keadaan. Dan tidak ada yang lebih berharga selain nikmat beribadah kepada Allah swt. untuk mendapatkan pahala dan menjadi bekal di akhirat.

Tulisan ini merupakan lanjutan terakhir dari tulisan sebelumnya dan hadir agar kita tidak melupakan kehidupan akhirat dengan mengikhlaskan diri mencintai Allah. Ada beberapa cara yang ditempuh agar kita selalu bersama Allah dan bahagia bersama-Nya, sebagaimana dijelaskan dalam buku “Allah Bersama-Mu Aku Bahagia” oleh Dwi Suwiknyo. Adapun cara tersebut adalah :

Jangan boros.  Banyak orang yang suka membeli barang hanya karena modelnya baru, lagi trend, tertarik dengan diskon, suka mengoleksi barang, dan hanya karena ingin memuaskan keinginan dan rasa puas di hati. Semua ini adalah sifat boros yang tidak diajurkan dalam Islam. Pemborosan adalah menginfakkan sesuatu bukan pada jalan yang benar, tidak tepat dan tidak bermanfaat. Dalam Q.S. al-Isra’ (17):26-27, “Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan hartamu secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan.” Oleh karena itu, seharusnya kita membelanjakan harta dengan benar dan lebih bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan keluarga, bersedekah kepada fakir dan miskin, bersedekah untuk mesjid dan untuk kepentingan syiar Islam, berzakat sesuai khaul dan nisabnya, dan menabung untuk warisan anak-anak. Sebagaimana Q.S, al-Furqan (25): 67, “Dan orang-orang yang apabila membelanjakan harta, mereka tidak berlebihan, dan tidak pula kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.”

Selalu ridha kepada Allah swt. Dalam sebuah riwayat, Yahya bin Muádz pernah bertanya, “Kapankah seorang hamba mencapai kedudukan ridha”? Beliau menjawab, jika dia menempatkan dirinya pada empat landasan tindakan Allah kepadanya : Jika Engkau memberiku, maka aku akan menerimanya; Jika Engkau menahan pemberian kepadaku, maka aku ridha; Jika Engkau membiarkanku, maka aku akan tetap beribadah; Jika Engkau menyeruku, maka aku akan memenuhinya.”

Jalan ridha adalah jalan yang paling singkat dan paling dekat dengan Allah, tapi sulit dan berat. Namun kesulitannya tidak seberat kesulitan jalan mujahadah (memerangi hawa nafsu), karena disana tidak ada rintangan dan kesusahan, selain dari hasrat tinggi, jiwa yang suci, dan menerima apapun yang datang dari Allah. Sebagaimana Q.S. al-Bayyinah (98):8, “Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha terhadap-Nya, yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Rabbnya.”

Selalu mengingat Allah swt. dalam kondisi apapun. Ujian atau cobaan tak selalu dalam bentuk yang menyakitkan saja, tetapi juga kenyamanan yang melenakan.  Sebagaimana yang telah Engkau firmankan, “Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya), Dan hanya kepada Kamilah kamu kembalikan.”

Ada empat kondisi yang harus diwaspadai yaitu ketika susah, apakah aku langsung ingat kepada-Mu dan memohon pertolongan-Mu?, ketika susah, apakah aku hanya bergantung dan meminta pertolongan manusia?, ketika senang, apakah aku melupakan kewajibanku kepada-Mu?, ketika senang, apakah aku mau untuk berbagi kebahagiaan dan membantu sesama?. Abu Darda’ ra. Mengemukakan bahwa “Ingatlah Allah pada saat kamu senang, maka Allah akan mengingatmu pada saat kamu susah.” Oleh karena itu, dalam kondisi apa pun kita harus selalu mengingat kepada Allah swt., menerima kesulitan hidup, waspada ketika mendapatkan kemudahan hidup, siap menjalani ujian dalam hidup, belajar tetap senyum dalam menerima musibah, dan selalu mencari nikmat hidup yang bisa disyukuri.

Selalu bersedekah. Sedekah yang ikhlas sangat bermanfaat dalam mendekatkan hati seseorang kepada agamanya, memberikan peluang kepada seseorang agar lebih sejahtera, menjadikan tali ukhwah yang sangat kuat, bukti nyata untuk bersyukur atas rezeki yang telah diamanahkan Allah dan menguatkan iman. Bersedekah tidak hanya dalam bentuk materi, akan tetapi bersedekah bisa dalam bentuk berzikir kepada-Nya, menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran. Sebagaimana Hadis Riwayat Muslim, “Sesungguhnya setiap tasbih (Subhanallah) adalah sedekah, setiap tahmid (Alhamdulillah) adalah sedekah, tiap tahlil (La Ilaha Illallah), adalah sedekah, meyuruh kepada kebaikan adalah sedekah, mencegah kemungkaran adalah sedekah, dan persetubuhan salah seorang di antara kamu (dengan istrinya) adalah sedekah.” Dengan demikian, setiap orang harus pandai bersyukur atas nikmat dan karunia yang diberikan kepada Allah dan karunia itu haruslah disedekahkan kepada yang berhak mendapatkannya, dan bersedekah dengan berzikir kepada-Nya.

Selalu menunjukkan kebaikan dan mensyiarkan Agama. Setiap orang berkewajiban untuk menyiarkan agamanya masing-masing. Syiar agama ini dapat dilakukan dalam berbagai hal. Oleh karena sekarang ini adalah Era Digital, maka banyak orang yang menyiarkan agama melalui media digital dengan mengajak orang lain untuk semakin dekat dengan Allah, menyampaikan Sunnah Rasul, berbagi nasehat dalam kebaikan dan kebenaran, dan juga berbagi kisah-kisah teladan dan inspiratif.

Memanfaatkan waktu dengan baik. Setiap orang harus waspada dengan aktivitasnya, karena setiap detik adalah amanah dari-Nya. Setiap detik harus dilewati dengan perhitungan, secermat mungkin, sematang mungkin, dan seakurat mungkin, agar waktu tidak ada yang terbuang percuma. Jangan suka menunda-nunda pekerjaan, jangan sampai waktu terbuang sia-sia, dan jangan lengah dengan pencuri waktu, karena penjahat yang harus diwaspadai adalah pencuri waktu.

Ada beberapa aktivitas yang biasa kita lakukan yang dapat membuat waktu terbuang percuma yaitu obrolan atau ghibah yang sia-sia, nonton acara TV yang tiada manfaat, melakukan hobi tanpa batas waktu, suka melamun dan berandai-andai, dan hati yang selalu mengeluh. Ada nasehat yang pernah disampaikan oleh Aa’Gym bahwa “Orang sukses adalah orang yang menggunakan waktu dengan optimal, dan ia melakukan sesuatu yang tidak diminati oleh orang yang gagal; Orang hebat adalah orang yang bersedia melakukan sesuatu sekarang juga; dan orang yang malang adalah orang yang hari-harinya diisi dengan kekecewaan dan suka menunda-nunda pekerjaan (memulai sesuatu pada keesokan harinya).

Selalu menjadikan diri sebagai orang yang beruntung. Keberuntungan di dunia adalah kemudahan hidup, dan keberuntungan di akhirat adalah hamba yang menjadi penghuni surga. Untuk menjadi orang yang beruntung, maka ada beberapa yang harus dilakukan sebagaimana termaktub dalam Q.S. al-Mu’minun, 1-6 yaitu menjaga shalat dengan khusyuk, menjauhi perbuatan yang sia-sia, menunaikan zakat (tidak kikir), menjaga kemaluan, dan menjaga amanah dan janji.

Begitu nyata keberuntungan yang telah Allah swt. berikan kepada hamba-Nya yaitu jalan keluar dari masalah, rezeki yang tak terduga-duga, rasa puas (syukur) atas karunia-Nya, kebahagiaan di hati dan hidup tenteram, dan keinginan untuk selalu menjaga ibadah. Ada beberapa nasehat dari Syekh Ibnu Athaíllah as-Sakandari, beliau mengemukakan bahwa “Ketika engkau meminta balasan atas sebuah amal, sebenarnya engkau dituntut untuk tulus di dalamnya. Sudah cukup beruntung bila seseorang selamat dari siksa-Nya; Jangan mengharap upah atas amal yang tidak engkau lakukan. Sudah cukup sebagai balasan untukmu jika Allah menerimanya; Tiada terhingga keburukanmu jika Allah membiarkanmu. Sebaliknya, tiada pernah berakhir kebaikanmu jika Dia memperlihatkan kemurahan-Nya atas dirimu.”

Dengan demikian, orang yang beruntung adalah orang yang selalu ikhlas beribadah dan beramal shaleh sehingga mendapat pahala yang melimpah dan menjadi penghuni surga dan dapat berjumpa dengan Allah swt. dan orang yang mendapat karunia dan keberuntungan di dunia adalah orang yang memperoleh kemudahaan hidup, rezeki tak terduga, kebahagiaan hati, ketentraman hidup dan ibadah yang khusyuk.

Menutup tulisan ini dengan mengutip kata bijak dari al-Ghazali,  “Kebahagiaan adalah ketika seseorang mampu menguasai egonya, dan kesengsaraan adalah ketika seseorang dikuasai oleh egonya.”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menanamkan 9 Pilar Karakter dalam Lingkungan Keluarga

Anak adalah amanah yang Allah swt. berikan kepada orangtua, dan orangtua harus mendidik anak dengan baik agar memiliki karakter yang baik. Peran orangtua sangat penting dalam pendidikan karakter. Orangtua adalah pendidik pertama dan utama. Karena dialah, anak akan tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensinya, dan potensi tersebut harus dimunculkan dan diasah oleh orangtua sehingga menjadi sifat dan perilaku. Jika dalam lingkungan keluarga tidak mendukung dalam mengembangkan potensi tersebut, maka akan berpengaruh pada perilaku dan kepribadian anak. Oleh karena itu, lingkungan keluarga harus menciptakan pengalaman anak usia dini baik terhadap kesehatan fisik, mental dan jiwanya sehingga terbawa sampai dewasa. Untuk menciptakan pengalaman anak usia dini, maka orangtua harus membesarkannya dengan penuh kasih sayang, menanamkan moral yang baik, memberikan stimulasi yang cukup, dan memberikan kesempatan untuk mengembangkan diri. Dalam hal pengembangan diri anak, orangtua har...

Menangkal Berita Hoaks Melalui Literasi Media

     Saat ini kita berada dalam dunia yang dipenuhi oleh media. Media telah banyak memberikan konsekuensi terhadap perilaku seseorang, identitas budaya, pendidikan di sekolah dan keluarga. Dengan konsekuensi tersebut, maka kita harus memiliki kemampuan dalam berliterasi media. Tulisan ini hadir karena terinspirasi dari buku yang ditulis oleh Dyna Herlina dengan judul “Literasi Media : Teori dan Fasilitasi”. Dalam buku tersebut mengemukakan bahwa media menjadi pisau bermata dua yang dapat memberi manfaat dan juga menyimpan ancaman yang dapat merugikan manusia. Oleh karena itu, manusia harus belajar memahami manfaat dan ancaman media sehingga memiliki strategi untuk menghadapinya. Dengan literasi media, maka menjadi strategi dalam menghadapi perkembangan media sehingga kita bijak dan cerdas berhadapan dengan media.      Commission of The European Communities dalam Herlina mengemukakan bahwa literasi media merupakan keterampilan, pengetahuan, da...

Perjuangan Hidup yang Tak Sia-Sia

     Tak ada manusia yang tak punya masalah. Semua telah merasakan masalah dalam hidup. Ada yang mampu menghadapinya dengan tenang dan sabar serta menyerahkan segalanya pada-Nya, dan ada juga yang sama sekali tidak tenang, putus asa dan menyerah dengan kehidupan ini tanpa bersandar pada-Nya. Oleh karena itu, hidup adalah pilihan. Memilih mana yang terbaik buat kita dan bermanfaat bagi kita. Hidup butuh perjuangan. Tiada pencapaian tanpa perjuangan. Semua hal yang dilakukan memerlukan perjuangan. Jika kita ingin menjadi pribadi yang unggul, maka kita harus berjuang untuk mencapainya. Berusaha keras dengan pertimbangan yang matang dan berdoa kepada-Nya agar semua yang telah dilakukan dapat dicapai, maka perjuangan itu akan berhasil. Bagaimana cara kita agar perjuangan dan kerja keras kita tidak sia-sia dan melelahkan? Mari kita simak beberapa trik khusus yang disarankan oleh Nurul Chomariah dalam bukunya “Aku Pantang Putus Asa, Karena di Balik Derita, Allah Meny...