Memberatkan Tapi Menentramkan
Samsinar
S.
Salah satu cara untuk menata dan memperbaiki
diri adalah berkata jujur. Jujur adalah kata yang sangat indah didengar, namun
keindahan katanya tidak semudah apa yang dibayangkan, karena sangat susah untuk
diimplementasikan dalam kehidupan sehar-hari. Semua orang mengetahui maknanya dan
suka dengan kejujuran, akan tetapi mereka selalu mengabaikannya.
Menurut Almudadi, jujur adalah sebuah sikap
yang selalu berupaya menyesuaikan atau mencocokkan antara informasi dengan
fenomena atau realitas. Dalam Islam, sikap seperti ini disebut shiddiq. Shiddiq
memiliki nilai tak terhingga, karena semua sikap yang baik selalu bersumber
pada kejujuran. Oleh karena itu, apapun yang dilakukan harus dilandasi dengan
kejujuran. Suatu keindahan jika setiap individu bersikap jujur terhadap
dirinya, anak jujur kepada orangtuanya, suami jujur kepada istrinya, pedagang
jujur dalam usaha dagangannya, dan pemimpin jujur dalam melaksanakan tugas dan
kewajibannya Jika ini terjadi, maka hidup ini akan damai dan tentram.
Ada beberapa karakteristik orang yang memiliki
sifat jujur menurut Sulaiman bin Muhammad as-Sughayyir yaitu: Pertama, jujur merupakan puncak segala
keutamaan. Kejujuran adalah elemen yang sangat penting daalam keberlangsungan
tata aturan dunia. Ini adalah asas yang sangat penting dan mampu menegakkan
masyarakat. Kedua, jujur merupakan
jalan keimanan dan kebaikan. Pondasi keimanan adalah kejujuran. Oleh karena
itu, ketika pondasi keimanannya kuat, maka segala perbuatannya selalu dilandasi
dengan kejujuran. Kejujuran juga akan membawa kepada kebaikan sebaimana Hadis
Nabi saw. : ”Hendaklah kalian selalu berkata jujur, karena kejujuran membawa
kepada kebaikan, dan kebaikan mengantarkan ke surga.” Nabi memerintahkan
umatnya berlaku jujur baik dalam perkataan, perbuatan, ibadah dan dalam semua
perkara. Ketiga, jujur merupakan
akhlak yang bisa diubah dan dibentuk. Jujur harus dibiasakan sejak dini dan
harus menjadi karakter bagi setiap individu. Ketika ini sudah menjadi kebiasaan
dalam diri setiap individu, maka apa pun yang dilakukan selalu terfokus pada
kejujuran. Keempat, jujur merupakan
sebab masuk surga. Sebagaimana hadis Nabi saw., yang diriwayatkan dari Abu
Abdullah Ahmad bin Ismail al-Bukhari, “Sesungguhnya kejujuran menunjukkan
kepada kebaikan, dan sesungguhnya kebaikan menunjukkan ke surga, dan
sesungguhnya seseorang benar-benar jujur sehingga dituliskan sebagai seorang
yang shiddiq”. Kelima, jujur adalah
sifat orang mukmin. Sifat terpuji ini dituntut keberadaannya dari orang mukmin
baik laki-laki maupun perempuan. Tidak termasuk orang mukmin jika tidak berperilaku
jujur. Orang yang tidak jujur masuk dalam kategori orang munafik. Keenam, orang jujur akan mendapat
pengawasan dan penjagaan dari Allah swt. serta kedudukan yang dekat dengan-Nya.
Derajat orang jujur berada setelah derajat para Nabi, mereka dipuji dan
memiliki kesempurnaan iman dan taqwa atas kejujurannya. Oleh karena itu, mereka
selalu berada pada pengawasan dan penjagaan dari Allah swt.
Dengan demikian, jika kejujuran ini ditanamkan
dan dibiasakan sejak dini oleh orangtua di rumah, guru di sekolah, dan pemerintah,
tokoh agama, tokoh masyarakat dan masyarakat lainnya di lingkungan masyarakat,
maka kehidupan menjadi terarah dan teratur. Oleh karena itu, kejujuran harus
menjadi prinsip dan asas dasar bagi setiap orang. Awalnya memang berat
untuk diterapkan akan tetapi jika sudah dibiasakan dengan baik dan menjadi
karakter maka sesuatu yang berat itu akan menjadi ringan dan membuat hati
menjadi tentram dan damai serta hidup menjadi berkah. Menutup tulisan ini
dengan mengutip pendapat dari Ali Bin Abi Thalib, bahwa orang yang berkata
jujur akan mendapatkan tiga hal yaitu kepercayaan, cinta dan rasa hormat.
Bone, 15 Juni 2020.
Saya ingin berkata jujur kalau tulisan ini menambah pengetahuan saya...
BalasHapusInspiratif
BalasHapusSubhanallah..
BalasHapusMasyaa allah...
BalasHapusMasya Allah 😍😍😍
BalasHapus