Manusia adalah makhluk yang
diberi akal dan hati nurani. Dengan keduanya, maka manusia mampu membedakan
antara yang baik dan buruk. Ini juga yang membedakannya dengan makhluk lainnya.
Kedua potensi ini menjadikan manusia sangat sempurna dibandingkan dengan
makhluk lainnya. Olehnya itu, manusia harus memanfaatkan potensi tersebut
dengan cara memelihara dan menjaganya dengan baik untuk mengabdi kepada-Nya.
Dalam mengabdi kepada Allah
swt., manusia selalu saja melakukan kesalahan dan dosa. Kesalahan tersebut akan
menambah noda atau titik hitam dalam hatinya. Titik hitam itu akan pudar dan
bahkan akan hilang jika kita menyadari kesalahan tersebut dan berjanji tidak
melakukannya lagi. Begitu juga dosa. Dosa kita akan diampuni Allah swt., jika
kita intropeksi diri dan mengubah dosa tersebut menjadi pahala.
Ada beberapa cara untuk
mengubah dosa menjadi pahala, sebagaimana dikemukakan oleh Ali Mahfud dalam
bukunya “Cukuplah Allah Untukku”. Adapun cara tersebut adalah :
Pertama,
tidak putus asa dalam berdoa. Doa adalah penyebab utama manusia bisa meraih apa
yang diimpikan. Sebagaimana Ibnu Qayyim berkata bahwa doa adalah sebab terkuat
bagi seseorang agar bisa selamat dari hal yang tidak disukai dan menjadi
penyebab utama meraih hal yang diinginkan. Pengaruh doa berbeda setiap orang.
Ada yang cepat diterima, ada yang lambat, dan ada yang sama sekali tidak
diterima. Penyebabnya bisa karena beberapa hal yaitu karena melampaui batas,
hati yang lemah dan tidak hadir ketika berdoa, atau adanya penghalang dalam dirinya sehingga
doanya tidak dikabulkan. Penghalang tersebut seperti memakan makanan haram,
terlalu banyak dosa, hati yang selalu lalai, nafsu syahwat yang selalu
bergejolak dan hati yang penuh dengan kesia-siaan. Ada beberapa hadis yang terkait
dengan doa. Diriwayatkan dalam sebuah hadis “tidak ada sesuatu yang lebih besar
pengaruhnya di sisi Allah swt. selain doa”. (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah dan
Ahmad). Hadis lainnya “berdoalah kepada Allah swt. dalam keadaan yakin akan
dikabulkan dan ketahuilah bahwa Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang
lalai”.(HR. Tirmidzi).
Kedua,
memaafkan dan berlapang dada. Sudah menjadi hukum alam bahwa ketika kita ingin
dihormati dan dihargai orang lain, maka kita juga harus menghormati dan
menghargai yang lain. Jika kita ingin dosa kita diampuni oleh Allah swt., maka
kita harus memaafkan kesalahan orang lain kepada kita. Orang yang senang
memaafkan, dosanya akan dimaafkan oleh Allah swt. Oleh karena itu, mengapa kita
sangat susah memaafkan orang lain terhadap kesalahan yang dilakukan? Bukankah
Allah sendiri memaafkan kesalahan dan kekhilafan hamba-Nya? Sementara kita
sebagai manusia tidak bisa memaafkan kesalahan sesama kita. Rasa benci dan
sakit hati yang mendalam, akan merusak diri kita dan membuat hidup kita tidak
tenang karena keegoisan dan keangkuhan kita. Sedangkan jika kita memiliki sifat
senang memaafkan dan berlapang dada terhadap kesalahan orang lain sungguh
sangat tinggi nilainya di mata Allah swt., dan Rasul-Nya. Sifat ini akan
menjadi nilai dan identitas muslim sejati, yaitu toleran dan suka memaafkan,
bukan kasar, egois, dan angkuh.
Ketiga,
menyesali kemaksiatan. Salah satu bagian dari taubat adalah menyesali
kemaksiatan. Penyesalan kemaksiatan adalah ibadah hati yang dapat menjadi
penyebab seseorang diampuni dosanya oleh Allah swt. Penyesalan itu bukan
pura-pura, melainkan betul-betul dari hati yang paling dalam yang dilandasi
dengan keimanan dan ketulusan. Hadis Nabi saw., “setiap kali Allah swt.
mengetahui penyesalan seorang hamba atas perbuatan dosa yang dilakukannya, maka
Allah selalu memberikan ampunan kepadanya sebelum orang tersebut meminta
ampunan kepada-Nya”. (HR. Hakim).
Penyesalan dalam hati hanya
Allah yang mengetahuinya. Manusia tidak pernah lepas dari kesalahan, dosa dan
kemaksiatan. Oleh karena itu, penyesalan harus selalu ditumbuhkan agar dosa
yang pernah kita lakukan tidak terulang lagi di masa mendatang. Bentengi diri
untuk selalu menyadarkan diri bahwa maksiat itu salah dan harus ditinggalkan.
Semoga dengan apa yang kita lakukan ini, Allah akan mengampuni dosa-dosa yang
telah kita lakukan.
Keempat,
menangis karena takut kepada Allah swt. Menangis merupakan ekspresi atau
gejolak emosi yang timbul dan dirasakan oleh setiap orang karena hal tertentu.
Menangis sering dilakukan oleh setiap orang, boleh jadi karena mendapat nikmat
dan bersyukur kepada-Nya, menangis karena takjub melihat ciptaan Allah swt.,
mendengarkan bacaan al-Qurán, ingat dan takut kepada Allah swt., saat
sendirian, dan menangis karena telah berbuat dosa. Inilah kategori menangis
karena Allah swt. Menangis karena putus cinta, kehilangan harta, dan kehilangan
jabatan bukan termasuk kategori di atas, namun yang disebutkan sebelumnya,
itulah yang dimaksud menangis yang mendatangkan rahmat dan karena Allah swt.
Kelima,
merasa sedih karena kemaksiatan. Salah satu sebab diampuni dosa kita adalah
merasa sedih karena kemaksiatan yang dilakukan orang lain. Ketika seseorang
atau sekelompok orang melakukan kemungkaran, maka sebaiknya kita harus
mencegahnya dengan perbuatan, lisan atau menegur dengan cara yang baik, dan
mencegahnya dengan hati atau mengingkari kemungkaran tersebut. Tahapan ini
sebaiknya dilakukan secara sistematis, sebagaimana sabda Nabi saw., bahwa “Barangsiapa
diantara kalian melihat kemungkaran, maka cegahlah dengan tangannya. Jika tidak
mampu, maka dengan lisannya atau ucapannya. Jika tidak mampu, maka ingkarilah
dengan hatinya. Ini adalah iman yang paling lemah”. (HR. Muslim).
Keenam,
menjauhi dosa-dosa besar. Salah satu sebab diampuni dosa oleh Allah adalah
menjauhi dosa-dosa besar. Jika kita menjauhi dosa-dosa besar, maka Allah akan
senantiasa memberikan ampunan atas dosa-dosa kecil yang tanpa sengaja
dilakukan. Sebagaimana dalam Firman Allah swt. “Jika kamu menjauhi dosa-dosa
besar diantara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus
kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat
yang mulia atau surga”. (QS. An-Nisa’(4)/31).
Ketujuh,
membebaskan utang orang yang sulit membayarnya. Membebaskan utang orang yang
sulit mengembalikannya merupakan tindakan yang terpuji, baik dalam pandangan
manusia maupun di sisi Allah swt. orang yang melakukan hal tersebut, maka akan
dicatat sebagai orang yang dermawan di mata manusia. Sebagaimana hadis Nabi saw.,
dari Hudzaifah ra., bahwasanya Rasulullah saw. bersabda, “Berkata Allah
memangggil seorang hamba-Nya yang Allah karuniai harta, maka Allah berkata
kepadanya, apa yang kamu kerjakan di dunia?, ia menjawab, Wahai Rabb, Engkau
telah menganugerahkan harta-Mu kepadaku, lalu aku bermuamalah dengan
orang-orang. Dan dahulu akhlakku adalah memaafkan, sehingga aku dahulu
mempermudah orang yang mampu dan menunda pembayaran utang orang yang sulit
membayarnya, maka Allah berfirman, Aku lebih berhak darimu, maka maafkanlah
hamba-Ku ini”. (HR. Muslim).
Selain itu, hadis lain juga
disebutkan bahwa “Sesungguhnya, para malaikat mengambil ruh seorang laki-laki
sebelum (zaman) kalian, lalu mereka bertanya kepadanya, apakah engkau pernah
melakukan kebaikan, meski hanya sekali dalam hidupmu? Ia menjawab, tidak
pernah. Mereka berkata, ingat-ingatlah!. Ia menjawab, tidak pernah, kecuali
dahulu aku suka memberi utang kepada orang lain dan aku perintahkan kepada
pelayanku agar mereka menangih orang yang yang berkecukupan dan membebaskan
(utang ) orang miskin, maka Allah berfirman, “bebaskan ia (dari siksa)”. (HR.
Bukhari dan Muslim).
Kedua hadis di atas
menunjukkan bahwa Allah swt., sayang kepada hambanya yang menyayangi sesamanya.
Memaafkan kesalahan dan dosa hambanya yang merelakan dan memaafkan utang
saudaranya adalah hal atau tindakan toleran dan perbuatan yang sangat terpuji.
Dengan kerelaan dan keikhlasan hati memaafkan dan membebaskan hutang
saudaranya, maka Allah swt., akan menganugrahkan ampunan dosa-dosa yang telah
dilakukan sebelumnya.
Menutup tulisan ini dengan
mengatakan “Allah Maha Pemaaf dan Pengampun, Jika dosa kita menggunung tinggi
maka Allah akan mengampuni dosa-dosa kita selama kita bertaubat dan selalu
mengingat-Nya serta menghiasi diri dengan perbuatan yang terpuji”.
Bone,
7 Juli 2020.
Samsinar S.
Mantul ibu Doktor
BalasHapusTerima kasih Bu. Tambah ilmu. Semoga kita selalu dalam kebajikan.
BalasHapustulisan yang penuh arti. mantapnya bu tulisanta.
BalasHapusMasyaa allah bu... semoga kita semua selalu berada dalam kebaikan..
BalasHapusMasyaAllah...semoga Allah sll memberikan rahmatnya dan menjaga kita dari dosa.
BalasHapus