Rumah
adalah tempat terbaik dalam menghilangkan lelah, penat, kesibukan, dan tempat
mengumpulkan pundi-pundi kebahagiaan. Kebahagiaan di rumah bukan dengan
tumpukan harta dan tahta, akan tetapi kebersamaan dan kehidupan yang
menyenangkan dengan keluarga. Keluarga yang harmonis adalah keluarga yang
dihiasi dengan kasih sayang antara ayah, ibu, dan anak. Dalam memberikan kasih
sayang bagi anak, orang tua harus mendidik anak dengan baik dan menjadikan
rumah sebagai tempat belajar yang pertama
dan utama bagi anak, sehingga anak juga akan menjadikan rumah sebagai taman
surga baginya.
Untuk
menjadikan rumah sebagai surga bagi anak, Nur Solihin dalam bukunya “Rumahku
Madrasahku" mengemukakan beberapa hal yaitu :
Pertama, rumahku, surga bagi anakku. Rumah yang
baik akan terasa bagai surga bagi penghuninya. Rasulullah saw. menyatakan
keindahan rumah beliau ungkapan rumahku surgaku. Beliau menjadikan rumah
layaknya madrasah. Setiap pagi, beliau memberikan nasehat-nasehat agama kepada
istri-istri beliau, dan pada sore hari, beliau memanfaatkan waktu dengan
keluarganya untuk bercanda. Beliau juga sangat memuliakan para ummul mukminin
dan memperhatikan betul perkembangan pendidikan bagi anak-anak beliau. Dengan
demikian, cara yang tepat agar rumah menjadi surga bagi anak dimulai dengan mendidik
anak dengan mengenalkan dan mengajarkan nilai-nilai agama terutama akhlak.
Mengenalkan ilmu agama akan menjadi bekal bagi anak dalam menjalani kehidupan,
baik sebagai individu, maupun sebagai makhluk sosial. Agama akan menjadi
fondasi bagi anak untuk membedakan antara perkara yang halal dengan haram.
Biasakan anak menaati peraturan yang telah ditetapkan dalam al-Qurán dan Hadis,
sehingga anak akan menjadi pribadi yang dekat dengan Allah swt. Dalam
mengajarkan agama harus memperhatikan kemampuan dan kapasitas anak. Perkenalkan
anak tentang rukun Islam dan rukun iman. Mengajarkan anak tentang rukun Islam
dan rukun iman menjadi bekal utama bagi anak untuk menjalani kehidupan yang
bahagia dengan cahaya iman dan taqwa. Melalui cahaya iman dan taqwa, anak akan
menjadi pribadi yang bermanfaat dan akan merasakan kebahagiaan yang sejati.
Kedua, rumah yang selalu
dirindukan anak. Rumah menjadi tempat yang selalu dirindukan
anak. Agar ini terwujud, maka orang tua harus membentuk kesadaran bagi anak
bahwa ia bisa mendapatkan sesuatu yang berharga di rumah melalui pemberian
kasih sayang, rasa cinta, dan saling pengertian.
Ketiga, mendidik anak di
rumah. Salah satu kewajiban bagi orang tua adalah mendidik anak
di rumah. Pendidikan anak harus menjadi prioritas. Jangan sampai orang tua
melimpahkan sepenuhnya pendidikan anak ke pihak sekolah. Orang tua harus
mendidik anaknya sejak dini sehingga anak berkarakter. Oleh karena itu, orang
tua harus menjadikan rumah sebagai basis pendidikan dengan melengkapi fasilitas
penunjang pendidikan, membentuk budaya ilmiah, menerapkan jam belajar dan
membangkitkan gairah bercerita.
Keempat, menyusun kurikulum
yang menyenangkan. Kurikulum tidak hanya dibutuhkan di sekolah
atau perguruan tinggi, akan tetapi kurikulum juga dibutuhkan di rumah. Menyusun
kurikulum di rumah harus disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai, kondisi
rumah dan kebutuhan penghuni rumah. Kurikulum itu menjadi patron dalam
melakukan kegiatan keseharian di rumah.
Materi
kurikulum yang diberikan kepada anak harus berlandaskan pada agama, filsafat,
psikologi dan sosial. Materi yang berlandaskan agama akan membantu anak untuk
memiliki pemahaman agama yang baik dan memiliki iman yang kuat. Materi yang
berlandaskan pada filsafat, akan membekali anak untuk memahami hakikat dan
tujuan hidup. Materi yang berlandaskan pada psikologi akan memberikan
pendidikan kepada anak tentang bakat, minat, kecenderungan, kecakapan dan potensinya.
Sedangkan materi yang berlandaskan pada sosial memuat tentang cara hidup, adat
istiadat, tradisi, undang-undang, dan sebagainya. Inilah yang akan menjadikan
anak sebagai pribadi yang bermanfaat.
Untuk
menyampaikan materi ini, maka orang tua harus menjadi pendidik yang berpengetahuan
luas, shaleh/shalehah, bermoral, bijaksana, mampu menilai karakter dan bakat
anaknya. Materi yang diberikan kepada anak disesuaikan dengan usia anak
tersebut. Jika anak usianya 3-5 tahun, maka sebaiknya diberi pelajaran olahraga,
budi pekerti, kebersihan, seni suara, dan kesenian. Diberi pelajaran olahraga
karena akan menunjang pertumbuhan dan kesehatan anak. Pelajaran budi pekerti
diberikan untuk menanamkan sikap sopan santun dalam kehidupan keseharian anak,
diberi pelajaran kebersihan, agar anak dapat membiasakan hidup bersih dan cinta
kebersihan. Sedangkan diberi pelajaran kesenian, agar anak dapat melatih
ketajaman perasaan anak dalam mencintai, menghargai, serta meningkatkan daya
khayal.
Jika
usia anak 6-14 tahun, maka diberikan materi pelajaran membaca dan menghafal
al-Qurán, pelajaran agama, pelajaran syair, dan pelajaran olahraga. Hal ini
dilakukan agar mendukung pelaksanaan ibadah yang memerlukan bacaan ayat-ayat
al-Qurán, serta membantu mereka dalam mempelajari ilmu agama Islam, seperti
tafsir, fikih, tauhid dan akhlak.
Jika
usia anak 14 tahun ke atas, maka diberikan pelajaran yang cukup banyak, dengan
turut mempertimbangkan tingkat kesiapan anak. Anak diberi kesempatan untuk
memilih dalam belajar yang sesuai dengan minat dan keahliannya agar dapt
dikembangkan lebih lanjut.
Kelima, menerapkan prinsip
mendidik. Usaha mendidik anak agar berhasil dengan baik, maka harus
memperhatikan prinsip mendidik yaitu menyeluruh, keseimbangan dan
kesederhanaan, kejelasan, tidak ada pertentangan, realistis, kebaikan,
mengahrgai perbedaan, dan dinamis.
Prinsip
menyeluruh diartikan sebagai perhatian yang seimbang
terhadap bekal hidup di dunia (intelektual) dan di akhirat (spiritual). Melalui
prinsip ini, anak akan mampu mewujudkan kemaslahatan, baik untuk dirinya
sendiri maupun terhadap lingkungan sosialnya.
Prinsip
keseimbangan dan kesederhanaan berarti menciptakan
keseimbangan terhadap pemenuhan berbagai kebutuhan individu dan sosial anak. Prinsip
ini bermanfaat membantu anak agar mengedepankan akhlak mulia dimana saja dan
terhadap siapa saja.
Prinsip
kejelasan, berarti
memberikan pengajaran kepada anak secara jelas. Ini dapat diwujudkan dengan
menghindari pembahasan-pembahasan yang ambigu yang membingungkan. Untuk
mewujudkan hal ini, diperlukan adanya sikap saling terbuka orang tua dan anak.
Prinsip
tidak ada pertentangan. Tidak
ada pertentangan dalam pendidikan yang didasarkan pada ajaran agama. Setiap
ilmu, pada dasarnya saling berhubungan dan saling mengukuhkan. Selama konsep
pendidikan dirancang dengan baik, niscaya tidak aka nada pertentangan dalam
pencapaian tujuan pendidikan.
Prinsip
realistik. Pendidikan
yang baik adalah pendidikan yang diberikan kepada anak sesuai dengan usianya,
tahap kematangan jasmaninya, akal, bakat, minat, dan daya pikir anak.
Memperhatikan prinsip ini dalam mendidik sangat penting, agar pendidikan tidak
hanya menjadi kumpulan teori dan retorika yang miskin makna.
Prinsip
kebaikan. Mengedepankan
prinsip kebaikan dalam mendidik akan membantu orang tua dalam mewujudkan
dambaan yang mulia, yaitu memiliki anak yang baik dan berpengetahuan yang luas.
Prinsip
menghargai perbedaan. Menghargai
perbedaan sangat penting dilakukan dalam hal mendidik. Orang tua tidak boleh
menyamakan dan membanding-bandingkan kemampuan antara anak yang satu dengan
anak yang lainnya. Setiap anak memiliki keunggulan dan keterbatasan yang
berbeda-beda. Mengedepankan prinsip ini, berarti tidak memaksakan kehendak atas
anak. Jika orang tua memaksakan kehendaknya, maka anak akan tertekan dan
terkekang oleh didikan dari orang tua.
Prinsip
dinamis. Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang
mampu merespon kedinamisan manusia. Proses pendidikan di rumah sebaiknya jangan
disamakan dengan proses pendidikan di sekolah. Proses pendidikan di rumah harus
dilaksanakan secara cultural-dinamis. Tolok ukur keberhasilan pendidikan di
rumah atau keluarga adalah ketika anak berkarakter serta kemampuan tertentu dan
menjadi kebanggaan keluarga.
Keenam, menerapkan berbagai
metode pendidikan. Banyak metode pendidikan yang bisa diterapkan
di lingkungan keluarga. Metode tersebut adalah keteladanan, pembiasaan,
pembinaan, kisah, dialog, reward dan punishment, dan internalisasi.
Metode
keteladanan merupakan salah satu metode yang paling
efektif untuk diterapkan dalam pendidikan keluarga. Anak akan mudah memahami
pendidikan yang diajarkan oleh orang tua apabila dicontohkan oleh orang tua.
Metode
pembiasaan. Sesuatu yang dilakukan secara terus menerus
akan menjadi kebiasaan. Jika orang tua menginginkan agar anaknya mampu memahami
cara melaksanakan shalat yang baik dan benar, maka orang tua harus membiasakan
shalat secara bersama. Melalui pembiasaan melaksanakan shalat bersama, maka
secara tidak langsung, mendapatkan pelajaran shalat yang sebenarnya.
Metode
pembinaan, adalah
metode yang mengutamakan arahan atau bimbingan yang intensif terhadap jiwa anak
didik. metode ini diharapkan agar anak memiliki pemahaman dan kesadaran dalam
diri agar berperilaku sesuai pembinaan. Pembinaan yang dapat diberikan kepada
anak adalah pimbinaan akidah, ibadah, akhlak, mental bermasyarakat, perasaan
dan kejiwaan, kesehatan jasmani, intelektuan dan etika seksual.
Metode
kisah. Metode ini adalah metode yang disukai oleh anak,
karena dengan metode ini, anak akan
mendapatkan pelajaran berharga tanpa harus berpikir keras. Metode ini efektif
untuk menambah kedekatan emosi antara anak dan orang tua. Orang tua harus
selektif dalam memilih kisah, sebab kisah tersebut akan melekatdalam ingatan anak
dan kelak akan mempengaruhi karakternya.
Metode
dialog. Metode ini merupakan proses pendidikan untuk
mengajak anak berpikir. Sebaiknya orang tua selalu mendialogkan atau
membicarakan segala hal yang berkenaan dengan anak. Dengan metode ini, anak
akan merasa senang dan bahagia karena merasa dianggap. Ada lima manfaat yang
dapat diraih melalui metode ini yaitu tumbuhnya rasa saling memahami dan saling
mengerti antara keduanya, menghindari perselisihan, menambah wawasan atau
pengetahuan dan pemahaman, meluruskan kesalahpahaman, dan menambah ikatan
emosional yang kuat dalam keluarga.
Metode
reward dan punishment. Menerapkan
metode ini dalam pendidikan keluarga termasuk tindakan yang dianjurkan. Reward
tidak harus materi, orang tua bisa memberikan pujian atau pengalaman baru bagi
anak yang telah berbuat kebaikan. Sebaliknya, punishment bagi anak yang telah
melakukan keburukan tidak harus berupa pukulan. Orang tua harus mengetahui
waktu yang tepat untuk memberikan reward dan
punishment.
Metode
internalisasi. Metode ini dituntut oleh orang tua untuk
menerapkannya kepada anak. Internalisasi keagamaan diberikan kepada anak demi
mengimbangi perkembangan zaman yang sangat cepat dan menggila. Dengan metode
ini, maka anak akan menjadi manusia yang sempurna yaitu taat beragama.
Menutup
tulisan ini dengan mengemukakan bahwa “ Didiklah anakmu sedini mungkin dengan
menguatkan fondasi karakter dan intelektual di rumah, sehingga menjadikan rumah sebagai surga bagi anak dan anak akan
merasa betah di rumah dan bangga dengan memiliki orang tua yang telah
mendidiknya dengan baik”.
Bone,
14 Juli 2020
Samsinar S.
Mantao ibu Doktor
BalasHapusTerima kasih p doktor
HapusLuar biasa bu.
BalasHapusPencerahan buat saya bu...😊
BalasHapusmabruk ibu doktor
BalasHapusMumtaz ndi
BalasHapusTerima kasih semuanya.
BalasHapusMasyaa Allah...ada surga dirumahku...😀
BalasHapusMasya Allah
BalasHapusLuar biasa bu, terima kasih atas sharing nya bu